Indonesia tidak hanya kaya akan warisan budaya dan kerajinan tangan, tetapi juga memiliki desainer-desainer visioner yang mampu mengangkat kekayaan tersebut menjadi karya furnitur berkelas dunia. Salah satu wujudnya terlihat pada kursi—benda sehari-hari yang di tangan para kreator ini, menjadi simbol identitas, estetika, dan inovasi.
Berikut lima kursi ikonik karya perancang Indonesia yang memadukan nilai tradisi dengan sentuhan modern, lengkap dengan kisah di baliknya.
1. Ndare Collection – Alvin Tjitrowirjo (Alvin T)



Alvin Tjitrowirjo, atau dikenal dengan Alvin T, adalah salah satu desainer Indonesia yang konsisten mempromosikan kekayaan kerajinan lokal melalui karyanya. Ndare Collection merupakan hasil kolaborasinya dengan Handep, sebuah social enterprise yang fokus memberdayakan pengrajin rotan dari suku Dayak di Kalimantan Tengah. Nama “Ndare” sendiri berasal dari bahasa Dayak Ngaju yang berarti “menganyam”, merepresentasikan teknik utama yang digunakan dalam proses pembuatannya.
Koleksi ini menggabungkan keindahan anyaman rotan tradisional dengan pendekatan desain modern yang sederhana namun berkarakter kuat. Setiap detailnya mencerminkan penghormatan terhadap warisan budaya, sembari menyesuaikannya dengan gaya hidup kontemporer. Dengan bentuk yang bersih, fungsional, dan tetap memancarkan nuansa etnik, Ndare Collection menjadi bukti bahwa kerajinan tangan tradisional bisa hadir relevan di pasar global. Karya ini tidak hanya menampilkan estetika, tetapi juga mengangkat nilai keberlanjutan dan pemberdayaan komunitas lokal.
2. “Selendang” Armchair – Vincentius Aldi Masella



“Selendang” Armchair adalah karya Vincentius Aldi Masella yang mengambil inspirasi dari kain selendang, salah satu elemen busana tradisional yang lekat dengan kehidupan perempuan Indonesia. Selendang tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap pakaian, tetapi juga memiliki makna emosional dan kultural, mulai dari simbol kelembutan hingga penanda keanggunan. Inspirasi ini diterjemahkan Aldi ke dalam bentuk kursi dengan lengkung lembut yang menyerupai lilitan kain, menghasilkan siluet yang hangat sekaligus elegan.
Proses perancangan “Selendang” Armchair tidak berlangsung instan. Desainnya melalui berbagai tahap pengembangan dan revisi intensif bersama kurator Open Call Indonesia Creation (OCIC), memastikan setiap elemen visual sejalan dengan nilai ergonomi dan kenyamanan duduk. Hasilnya adalah kursi yang bukan hanya artistik secara visual, tetapi juga fungsional untuk penggunaan sehari-hari. Karya ini menjadi bukti bahwa inspirasi tradisi dapat melahirkan desain kontemporer yang relevan dan penuh makna.
3. Reconstruct Collection – Studio Hendro Hadinata



Reconstruct Collection adalah proyek kolaborasi antara Studio Hendro Hadinata dan EVERY Collections yang menghadirkan reinterpretasi lima desain kursi klasik menjadi karya modern yang ramah lingkungan. Hendro Hadinata, yang dikenal mengedepankan keberlanjutan dalam desainnya, memadukan teknik pengerjaan tradisional dengan pemilihan material berkelanjutan seperti kayu daur ulang dan pelapis bebas bahan kimia berbahaya. Pendekatan ini menghasilkan kursi yang tetap mempertahankan esensi bentuk aslinya, namun diberi sentuhan baru yang segar, relevan, dan fungsional.
Koleksi ini pertama kali dipamerkan pada Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2024, menarik perhatian para pelaku industri karena kemampuannya memadukan warisan desain dengan isu keberlanjutan global. Melalui Reconstruct Collection, Hendro ingin menunjukkan bahwa karya klasik tidak harus kehilangan nilai estetikanya saat diperbarui, dan justru bisa menjadi simbol transisi desain Indonesia menuju era sustainable design yang penuh kesadaran lingkungan.
4. Lukis Chair – Abie Abdillah



Lukis Chair adalah karya ikonik dari desainer Indonesia, Abie Abdillah, yang berhasil membawa material rotan ke panggung desain internasional. Terinspirasi dari bentuk raket bulu tangkis, kursi ini menampilkan siluet sederhana namun sarat karakter, dengan detail anyaman rotan yang dikerjakan secara presisi oleh pengrajin lokal. Setiap lengkungan dan sambungan dirancang dengan teknik konstruksi yang cermat, memastikan kekuatan sekaligus kenyamanan duduk.
Keunikan Lukis Chair tidak hanya terletak pada bentuknya yang ikonik, tetapi juga pada keberhasilannya memadukan warisan budaya Indonesia dengan estetika kontemporer yang minimalis. Karya ini berhasil menarik perhatian brand ternama Italia, Cappellini, yang kemudian memasukkannya ke dalam koleksi resmi mereka. Pada tahun 2016, Lukis Chair dipamerkan di Milan Design Week, sebuah panggung bergengsi dunia desain. Keberhasilan ini membuktikan bahwa rotan—sering dianggap material tradisional—dapat tampil sebagai bahan mewah yang relevan di pasar global.
5. Tongkonan Chair – Arif Zainudin



Tongkonan Chair merupakan interpretasi modern dari kekayaan arsitektur tradisional Toraja. Kursi ini mengambil inspirasi langsung dari bentuk atap rumah adat Tongkonan, yang melengkung khas dan sarat makna filosofis. Dalam budaya Toraja, rumah Tongkonan melambangkan persatuan keluarga, kehormatan, dan warisan leluhur yang dijaga turun-temurun. Arif Zainudin menerjemahkan simbol tersebut ke dalam furnitur dengan pendekatan desain kontemporer, menggabungkan estetika unik dengan konstruksi yang kokoh dan presisi.
Bentuk siluetnya tidak hanya menjadi daya tarik visual, tetapi juga menjadi medium narasi budaya yang kuat. Setiap sudut dan lekukan kursi ini dirancang untuk merefleksikan kehangatan serta kebersamaan yang menjadi inti filosofi Tongkonan. Karya ini berhasil masuk nominasi lima besar kategori OCIC 2019 (Open Call Indonesia Creation), menjadi bukti bahwa desain modern mampu menjaga dan mempromosikan identitas budaya Indonesia di panggung kreatif nasional.