Interior pada zaman Majapahit mencerminkan estetika tradisional Jawa yang sederhana namun sarat dengan filosofi, spiritualitas, dan keindahan artistik. Desain interior pada masa ini tidak dirancang oleh individu seperti desainer modern, tetapi lebih merupakan hasil kolaborasi seniman, perajin, dan arsitek kerajaan.
Masyarakat Majapahit mendirikan rumah dengan menggabungkan nilai filosofis dan fungsi efisiensi. Yang baik-baik seperti tempat ibadah ada di bagian depan, yang buruk semacam kamar mandi dan tempat sampah letaknya di belakang. Mirip konsep interior rumah sekarang.
Ciri Khas Arsitektur
Arsitektur Majapahit memanfaatkan bahan tradisional seperti batu bata merah, kayu, bambu, dan genteng tanah liat. Batu bata digunakan untuk bangunan, direkatkan dengan bahan alami seperti getah atau perekat tumbuhan. Kayu dan bambu digunakan untuk struktur atap karena ringan dan mudah diperoleh. Genteng tanah liat berbentuk persegi panjang menutupi atap bangunan. Bangunan dibangun di atas batur (pondasi) setinggi 60–100 cm yang terbuat dari batu bata untuk melindungi dari kelembapan dan memberikan kesan megah. Bagian depan bangunan memiliki teras atau pendopo untuk upacara atau penerimaan tamu, yang ditopang oleh tiang kayu besar.
Atap bangunan sering berbentuk berundak atau tumpang, yang melambangkan tingkatan dunia dalam konsep kosmologi Hindu-Buddha. Ukiran pada bangunan sering menggunakan motif flora, fauna, dan cerita epik seperti Ramayana dan Mahabharata. Kemuncak atap dihiasi dengan ukiran stupa atau simbol lainnya.
Bangunan Majapahit memiliki fungsi keagamaan, istana, dan kolam sebagai simbol kemegahan serta kebutuhan air. Tata ruang berdasarkan kosmologi Hindu-Buddha dengan pembagian ruang dunia atas, tengah, dan bawah, menggunakan pola geometris yang simetris. Warisan arsitektur terkenal antara lain Situs Trowulan, Candi Tikus, dan Gapura Bajang Ratu, yang mencerminkan keindahan dan makna mendalam dalam budaya Majapahit.
Ukiran pada furnitur di Kerajaan Majapahit mencerminkan kekayaan budaya dan spiritualitas pada masa itu. Dinding, pintu, dan perabotan dihiasi dengan motif flora seperti bunga teratai, yang melambangkan pencerahan, serta fauna, seperti naga atau garuda, yang menggambarkan kekuatan dan mitologi Hindu-Buddha. Selain itu, simbol-simbol spiritual seperti kala, yang dipercaya berfungsi sebagai penjaga, sering kali ditemukan pada furnitur dan bangunan untuk mengusir energi negatif dan melindungi penghuni. Ukiran-ukiran ini tidak hanya memiliki fungsi estetika, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai kosmologis dan religius, menjadikan setiap furnitur sebagai karya seni dengan makna mendalam.
Teras dan Pendopo
Pada masa Majapahit, teras dan pendopo merupakan elemen penting dalam arsitektur bangunan, mencerminkan fungsi sosial dan budaya masyarakat saat itu. Teras pada bangunan Majapahit berfungsi sebagai penghubung antara area luar dan dalam rumah. Biasanya, teras ini berupa platform yang sedikit ditinggikan, terbuat dari batu bata merah atau batu, dan berfungsi sebagai tempat menerima tamu atau aktivitas sehari-hari.
Karateristik Furniture
Furnitur seperti kursi, meja, dan tempat tidur untuk kerajaan dirancang dengan bentuk yang rendah, dengan ukiran khas tradisional jawa . lalu Tikar anyaman dari bambu sering digunakan sebagai alas untuk furniture, tetapi di rumah warga Tikar anyaman bisa digunakan untuk duduk atau tidur, menggantikan kursi atau tempat tidur yang lebih kompleks.
Bahan yang digunakan umumnya berasal dari alam, seperti kayu jati, bambu, dan rotan. Kayu jati, misalnya, dikenal karena kekuatan dan ketahanannya, sering digunakan dalam pembuatan furnitur tradisional. Material alami ini memberikan kesan harmonis dengan alam. Selain fungsional, furnitur berbahan alami juga memiliki nilai seni yang tinggi berkat teknik pengerjaan tradisional, seperti ukiran tangan dan anyaman. Kombinasi bahan-bahan ini mencerminkan filosofi tradisional Jawa yang mengutamakan kesederhanaan, keindahan, dan ketahanan.
Desainer atau Seniman
Tidak ada “desainer” dalam pengertian modern pada era Majapahit, tetapi ada tokoh-tokoh penting yang terlibat dalam seni dan arsitektur, seperti Empu Prapanca Seorang pujangga yang menulis tentang budaya dan estetika Majapahit dalam Nagarakretagama dan Empu Tantular Seorang filsuf dan pujangga yang karyanya, seperti Sutasoma, memengaruhi nilai seni dan desain Majapahit.
Para seniman lokal, termasuk empu pembuat keris dan perajin batu bata, memainkan peran penting dalam menciptakan estetika Majapahit yang unik. Candi-candi besar seperti Candi Bajang Ratu dan Candi Tikus juga mencerminkan keahlian luar biasa mereka.
Kesimpulannya, arsitektur dan desain interior zaman Majapahit mencerminkan perpaduan harmoni antara estetika, spiritualitas, dan fungsionalitas. Penggunaan bahan-bahan alami seperti batu bata merah, kayu jati, bambu, dan rotan menunjukkan kedekatan masyarakat dengan alam, sementara ukiran bernuansa flora, fauna, dan simbol spiritual memberikan nilai seni dan filosofis yang mendalam. Tata ruang yang berbasis kosmologi Hindu-Buddha, serta furnitur yang sederhana namun artistik, mencerminkan budaya Majapahit yang kaya akan nilai tradisional dan efisiensi. Kontribusi para seniman, perajin, dan empu membentuk keunikan estetika Majapahit yang tetap relevan sebagai warisan budaya hingga masa kini.
Daftar Pustaka :
https://idsejarah.net/2020/12/arsitektur-kerajaan-majapahit-kota-majapahit-di-trowulan.html#google_vignette
https://historia.id/kuno/articles/rumah-di-majapahit-v54K3
https://corenews.id/2024/11/12/__trashed-6/
https://www.suluhnuswantarabakti.or.id/1874/rumah-tinggal-jaman-majapahit.html
https://reginarealty.co.id/8751-bentuk-rumah-di-zaman-majapahit/